Turbidit adalah suatu sedimen yang diendapkan oleh
mekanisme arus turbid (turbidity current), sedangkan arus turbid itu sendiri
adalah suatu arus yang memiliki suspensi sedimen dan mengalir pada dasar tubuh
cairan, karena mempunyai kerapatan yang lebih besar daripada cairan
tersebut.(Keunen dan Migliorini, 1950).
Gambar 1. Arus Turbidite
Ciri-ciri endapan Turbidit :
Endapan turbidit mempunyai
karakteristik tertentu yang sekaligus dapat dijadikan sebagai ciri pengenalnya.
Namun perlu diperhatikan bahwa ciri itu bukan hanya berdasarkan suatu sifat
tunggal sehingga tidak bisa secara langsung untuk mengatakan bahwa suatu
endapan adalah endapan turbidit. Hal ini mengingat bahwa banyak struktur
sedimen tersebut, yang juga berkembang pada sedimen yang bukan turbidit
(Keunen, 1964). Karakteristik endapan turbidit pada dasarnya dapat dikelompokan
ke dalam dua bagian besar berdassarkan litologi dan struktur sedimen, yaitu :
1)Karakteristik
Litologi
a)Terdapat
perselingan tipis yang bersifat ritmis antar batuan berbutir relatif kasar
dengan batuan yang berbutir relatif halus, dengan ketebalan lapisan beberapa
milimeter sampai beberapa puluh centimeter. Umumnya perselingan antar batupasir
dan serpih. Batas atas dan bawah lapisan datar, tanpa adanya penggerusan
(scouring).
b)Pada
lapisan batuan berbutir kasar memiliki pemilahan buruk dan mengandung
mineral-mineral kuarsa, feldspar, mika, glaukonit, juga banyak didapatkan
matrik lempung. Kadang-kadang dijumpai adanya fosil rework, yang menunjukan
lingkungan laut dangkal.
c)Pada
beberapa lapisan batupoasir dan batulanau didapatkan adanya fragmen tumbuhan.
d)Kontak
perlapisan yang tajam, kadang berangsur menjadi endapan pelagik.
e)Pada
perlapisan batuan, terlihat adanya struktur sedimen tertentu yang menunjukan
proses pengendapannya, yaitu antara lain perlapisan bersusun, perlapisan
sejajar, perlapisan bergelombang, konvolut, dengan urut-urutan tertentu.
f)Tak
terdapat struktur sedimen yang memperlihatkan ciri endapan laut dangkal maupun
fluvial, antara lain pengerukan, silang siur, dll.
g)Sifat-sifat
penunjukan arus , memperlihatkan pola aliran yang hampir seragam saat suplai terjadi.
Karakteristik
tersebut tidak selalu harus ada pada suatu endapan turbidit. Dalam hal ini
lebih merupakan suatu alternatif, mengingat bahwa suatu endapan turbidit juga
dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya yang akan memberikan ciri yang berbeda
dari suatu tempat ke tempat lain.
2)Karakteristik
Struktur sedimen
Menurut Bouma (1962) dalam hal pengenalan endapan turbidit salah satu ciri yang penting adalah struktur sedimen, karena mekanisme pengendapan arus turbid memberikan karakteristik sedimen tertentu. Banyak klasifikasi struktur sedimen hasil mekanisme arus turbid, salah satunya karakteristik genetik dari Selly (1969). Selly (1969) mengelompokan struktur sedimen menjadi 3 berdasarkan proses pembentukannya :
a)Struktur
Sedimen Pre-Depositional Merupakan struktur sedimen yang terjadi sebelum
pengendapan sedimen, yang berhubungan dengan proses erosi oleh bagian kepala
(head) dari suatu arus turbid (Middleton, 1973). Umumnya pada bidang batas
antara lapisan batupasir dan serpih. Beberapa struktur sedimen yang antara lain
flute cast, groove cast.
b)Struktur
Sedimen Syn-Depositional,Struktur yang terbentuk bersamaan dengan pengendapan
sedimen, dan merupakan struktur yang penting dalam penentuan suatu endapan
turbidit. Beberapa struktur sedimen yang penting diantaranya adalah perlapisan
bersusun, perlapisan sejajar dan perlapisan bergelombang.
c)Struktur
Sedimen Post-Derpositional Struktur sedimen yang dibentuk setelah terjadi
pengendapan sedimen, yang umumnya berhubungan dengan proses deformasi. Salah satunya
struktur pembebanan.
Sam Boggs
(1995) mengklasifikasikan struktur sedimen dengan menghubungkan struktur
stratifikasi dan bentuk dasar. Struktur stratifikasi dibagi menjadi 4 :
(1)Bedding dan lamination
(2)Bedforms
(3)Cross lamination
(4)Irregular stratification
(1)Bedding dan lamination
(2)Bedforms
(3)Cross lamination
(4)Irregular stratification
Struktur
sedimen dibagi 4 berdasarkan proses terjadinya, yaitu :
1)Strutur yang terjadi karena proses sedimentasi
2)Struktur yasng terjadi karena adanya deformasi
3)Struktur yang terjadi karena erosi
4)Struktur yang terbentuk dari aktivitas biogenic
1)Strutur yang terjadi karena proses sedimentasi
2)Struktur yasng terjadi karena adanya deformasi
3)Struktur yang terjadi karena erosi
4)Struktur yang terbentuk dari aktivitas biogenic
Umumnya struktur sedimen yang
ditemukan pada endapan turbidit adalah struktur sedimen yang terbentuk karena
proses sedimentasi, terutama yang terjadi karena proses pengendapan suspensi
dan arus.
Bouma (1962) memberikan urutan ideal
endapan turbidit yang dikenal dengan Bouma Sequence, dari interval a-e.
Urut-urutan endapan turbidit yang umumnya berupa perselingan antara batupasir
dan batulempung merupakan suatu satuan yang berirama (ritmis), dimana setiap
satuan merupakan hasil episode tunggal dari suatu arus turbid. Bouma Sequence
yang lengkap dibagi 5 interval, peralihan antara satu interval ke interval
berikutnya dapat secara tajam, berangsur, atau semu, yaitu :
1) Gradded
Interval (Ta)
Merupakan
perlapisan bersusun dan bagian terbawah dari urut-urutan ini, bertekstur pasir
kadang-kadang sampai kerikilatau kerakal. Struktur perlapisan ini menjadi tidak
jelas atau hilang sama sekali apabila batupasir penyusun ini terpilah baik.
Tanda-tanda struktur lainnya tidak tampak.
2) Lower
Interval of Parallel Lamination (Tb)
Merupakan
perselingan antara batupasir dengan serpih atau batulempung, kontak dengan
interval dibawahnya umumnya secara berangsur.
3) Interval
of Current Ripple Lamination (Tc)
Merupakan
struktur perlapisan bergelombang dan konvolut. Ketebalannya berkisar antara
5-20 cm, mempunyai besar butir yang lebih halus daripada kedua interval
dibawahnya. (Interval Tb).
4) Upper
Interval of Parallel Lamination (Td)
Merupakan
lapisan sejajar, besar butir berkisar dari pasir sangat halus sampai lempung lanauan.
Interval paralel laminasi bagian atas, tersusun perselingan antarabatupasir
halus dan lempung, kadang-kadang lempung pasirannya berkurang ke arah atas.
Bidang sentuh sangat jelas.
5) Pelitic
Interval (Te)
Merupakan
susunan batuan bersifat lempungan dan tidak menunjukan struktur yang jelas ke
arah tegak, material pasiran berkurang, ukuran besar butir makin halus,
cangkang foraminifera makin sering ditemukan. Bidang sentuh dengan interval di
bawahnya berangsur. Diatas lapisan ini sering ditemukan lapisan yang bersifat
lempung napalan atau yang disebut lempung pelagik.
Berdasarkan sifat jauh dekatnya
sumber, maka endapan turbidit dapat dibagi menjadi 3 fasies, yaitu : fasies
proximal, intermediate dan distal. Distal merupakan endapan turbidit yang
pengendapannya relatif lebih jauh dari sumbernya atau tidak mengandung interval
a dan b. endapannya dicirikan oleh adanya perselingan yang teratur antara
batupasir dan serpih, lapisan batupasirnya tipis-tipis dan lapisan serpihnya
lebih tebal. Pengendapan yang relatif lebih dekat dengan sumbernya disebut
turbidit proximal, biasanya berbutir kasar, kadang-kadang konglomeratan dan
sedikit serpih.
Mekanisme Pembentukan Endapan Turbidit
Middleton (1967) menyatakan bahwa arus turbid merupakan salah satu tipe dari arus kerapatan (density current), dimana arus bergerak secara gaya berat, karena adanya perbedaan kerapatan antara arus dengan cairan di sekeliingnya, yang disebabkan oleh adanya dispersi sedimen pada suatu tempat (misalnya : muara sungai atau delta), dimana sedimen banyak terakumulasi karena adanya faktor pemicu, misalnya : suatu gempa bumi, tsunami,dll, mulai bergerak dan meluncur secara tiba-tiba ke arah bawah cekungan. Saat sedimen tersebut mulai meluncur ke bawah akan membentuk slump. Slump tersebut bergerak perlahan-lahan dan berangsur-angsur menjadi lebih cepat disebabkan adanya pengurangan viskositas. Selanjutnya massa sedimen akan bergerak sampai pada lereng yang curam, maka terjadilah kenaikan kecepatan dan pergerakan selanjutnya berubah menjadi arus turbidit, sehingga butiran kasar akan terkonsentrasi pada bagian kepala arus, sedangkan yang lebih halus di bagian ekor. Karena pengaruh gravitasi maka arus turbid akan bergerak ke bawah mengikuti ngarai di bawah samudera.
Pada saat mendekati daerah pengendapannya, kecepatan arus mulai berkurang karena penurunan gravitasi akibat kemiringan lereng yang semakin landai. Dalam kondisi seperti ini maka bagian kepala dari arus akan mengerosi lapisan dibawahnya membentuk struktur sedimen scour mark. Sesuai dengan sifat-sifat kerapatan arus, maka pengendapan akan terjadi sekaligus, sehingga sedimen yang diendapkan mempunyai pemilahan yang sangat buruk. Dalam hal ini material-material yang lebih berat akan terkumpul pada bagian depan arus turbid, sedangkan material halus akan terperangkap bersama-sama. Endapan yang pertama terbentuk adalah batupasir berstruktur perlapisan bersusun. Selanjutnya arus akan semakin lemah dan sedimen yang halus akan diendapkan. Apabila kecepatan arus telah hilang, maka akan terjadi pengendapan lempung pelagik dalam suasana suspensi yang menunjukan kondisi lingkungan bernergi rendah.
Bouma (1962) menyimpulkan bahwa
partikel-partikel sedimen bergerak tanpa bantuan benturan atau seretan air,
tetapi bergerak dibawah permukaan air yang relatif tenang (stagnant water).
Massa sedimen bisa saja tidak tercampur air secara baik sehingga mengakibatkan
massa sedimen tersebut terlalu encer untuk melengser dan membentuk arus turbid.
Sedimen yang berbutir kasar tidak menempati bagian kepala dan apabila
terendapkan massa sedimen kasar akan membentuk fluxoturbidite yaitu endapan
antara nendatan dan arus turbid (Dzulynski, dkk, 1959).
Menurut Koesoemadinata (1972) pengendapan arus turbid merupakan suatu keadaan massa teronggok pada lereng benua, yang secara tiba-tiba dapat meluncur dengan kecepatan tinggi bercampur dengan air, yang merupakan suatu aliran menuju laut dalam. Disini partikel-partikel sedimen bergerak tanpa bantuan benturan /seretan air, melainkan oleh energi inersia, dimana energi potensial diubah menjadi energi kinetik, kemudian pengendapan terjadi segera setelah energi kinetik habis.
Middleton dan Hampton (1973) memperkenalkan istilah sedimen gravity flow untuk menerangkan mekanisme pengangkutan batupasir dan sedimen klastik kasar lainnya dalam lingkungan laut dalam melalui pematang bawah samudra (submarine canyons). Dalam hal ini istilah sedimen gravity flow, digunakan secara umum untuk aliran sedimen atau campuran sedimen fluida dibawah pengaruh gaya berat. Berdasarkan gerakan relatif antar butir dan jaraknya dari sumber, sedimen gravity flow dapat dibedakan menjadi 4 jenis yaitu :
1) Aliran turbid (turbidity current), dimana butir-butir telah lepas sama sekali dan masing-masing butir didukung oleh fluida (telah terinduksi menjadi turbulen).
2) Aliran sedimen yang difluidakan (fluidized sediment flow), butir yang lepas di dukung oleh cairan yang diperas ke atas antar butir. Butir-butir masih bersentuhan.
3) Aliran butir (grain flow), dimana butir-butir belum lepas dan dalam mengalir masih sering bersentuhan.
4) Aliran debris (debris flow), dimana butir-butir kasar masih didukung oleh matriks (massa dasar) campuran sedimen yang lebih halus dan media (air) dan masih mempunyai kekuatan. Jika butir-butir ini masih mempunyai kekuatan dan relatif merupakan massa dan terdapat kohesi antara butir, maka hal ini disebut slump (lengseran), sehingga masih bersifat plastis.
Mutti dan Ricci Luchi (1972),
mengatakan bahwa fasies adalah suatu lapisan atau kumpulan lapisan yang memperlihatkan
karakteristik litologi, geometri dan sedimentologi tertentu yang berbeda dengan
batuan di sekitarnya. Suatu mekanisme yang bekerja serentak pada saat yang
sama. Asosiasi fasies didefinisikan sebagai suatu kombinasi dua atau lebih
fasies yang membentuk suatu tubuh batuan dalam berbagai skala dan kombinasi.
Asosiasi fasies ini mencerminkan lingkungan pengendapan atau proses dimana
fasies-fasies itu terbentuk.
Dalam menentukan fasies turbidit,
Walker dan Mutti (1973) merinci pembagian fasies turbidit dari Mutti dan Ricci
Lucci (1972).
Walker dan Mutti (1973) telah
mengemukakan suatu model, yaitu model kipas laut dalam dan hubungannya dengan
fasies turbidit (gb.2.9). Walker (1978) kemudian menyederhanakan kembali
klasifikasi tersebut menjadi 5 fasies, yaitu :
1)Fasies Turbidit Klasik (Classical
Turbidite, CT)
Fasies ini pada umumnya terdiri dari
perselingan antara batupasir dan serpih/batulempung dengan perlapisan sejajar
tanpa endapan channel. Struktur sedimen yang sering dijumpai adalah perlapisan
bersusun, perlapisan sejajar, dan laminasi, konvolut atau a,b,c Bouma (1962),
lapisan batupasir menebal ke arah atas. Pada bagian dasar batupasir dijumpai
hasil erosi akibat penggerusan arus turbid (sole mark) dan dapat digunakan
untuk menentukan arus turbid purba. Dicirikan oleh adanya CCC (Clast,
Convolution, Climbing ripples). Climbing ripples dan convolut merupakan hasil
dari pengendapan suspensi, sedangkan clast merupakan hasil erosi arus turbid
(Walker, 1985).
2) Fasies Batupasir masif (Massive Sandstone, MS)
Fasies ini terdiri dari batupasir
masif, kadang-kadang terdapat endapan channel, ketebalan 0,5-5 meter, struktur
mangkok/dish structure. Fasies ini berasosiasi dengan kipas laut bagian tengah
dan atas.
3) Fasies Batupasir Kerakalan (Pebbly Sandstone, PS)
Fasies ini terdiri dari batupasir
kasar, kerikil-kerakal, struktur sedimen memperlihatkan perlapisan bersusun,
laminasi sejajar, tebal 0,5 – 5 meter. Berasosiasi dengan channel,
penyebarannya secara lateral tidak menerus, penipisan lapisan batupasir ke arah
atas dan urutan Bouma tidak berlaku.
4) Fasies Konglomeratan (Clast Supported Conglomerate, CGL)
Fasies ini terdiri dari batupasir
sangat kasar, konglomerat, dicirikan oleh perlapisan bersusun, bentuk butir
menyudut tanggung-membundar tanggung, pemilahan buruk, penipisan lapisan
batupasir ke arah atas, tebal 1-5 m. Fasies ini berasosiasi dengan
sutrafanlobes dari kipas tengah dan kipas atas.
5) Fasies Lapisan yang didukung oleh aliran debris flow dan lengseran (Pebbly mudstone, debris flow, slump and slides, SL).
Fasies ini terdiri dari berbagai
kumpulan batuan, pasir, kerikil, kerakal dan bongkah-bongkah yang terkompaksi.
Fasies ini berasosiasi dengan lingkungan pengendapan kipas atas (upper channel
fill).
Dari penelitian fasies turbidit ini,
beberapa peneliti kemudian berusaha untukmembuat suatu model kipas bawah laut,
yang merupakan asosiasi dari beberapa fasies. Model fasies adalah suatu model
umum dari suatu sistem pengendapan yang khusus (Walker, 1992). Dari model
tersebut diharapkan dapat diketahui arah pengendapan serta letak dari suatu
endapan turbidit.
Model Kipas Bawah Laut Mutti dan
Lucchi
Mutti dan Lucchi (1972) berdasarkan
sifat fisik endapan turbidit seperti warna, komposisi, variasi besar butir,
tekstur perlapisan dan struktur sedimen, membagi fasies turbidit menjadi 7
fasies utama, yaitu fasies A,B,C,D,E,F, DAN G, dimana ketujuh fasies tersebut
berasosiasi dengan tiga lingkungan pengendapan, yaitu : lereng (slope), dibagi
menjadi lereng atas (upper slope) dan lereng bawah (lower slope); kipas (fan)
dibagi menjadi kipas dalam (inner fan), kipas tengah (middle fan) dan kipas
luar (outer fan); kumpulan daratan cekungan.
Model Kipas Bawah Laut Normark
Model kipas bawah laut Normark
(1978), terdiri dari 3 lingkungan pengendapan utama, yaitu : kipas atas (upper
fan), kipas tengah (middle fan), dan kipas bawah (lower fan). Kipas atas
ditandai oleh suatu lembah dengan lebar 1-5 km, endapan dasar lembah terdiri
dari endapan berbutir kasar seperti endapan channel, braided berupa batupasir kasar
dan batulanau, struktur sedimen perlapisan bersusun, perlapisan sejajar atau
interval a dan b Bouma (1962). Kipas tengah ditandai bentuk morfologi suprafan
lobe, litologi terdiri dari perselingan batupasir dan batulempung, dimana sifat
lapisan batupasir mengkasar dan menebal kearah atas, kipas bawah ditandai oleh
permukaan yang hampir rata (flat), lapisan batupasir yang tipis dan berstruktur
perlapisan sejajar atau interval b Bouma (1962).
Model Kipas Bawah Laut Walker
Model kipas menurut Walker (1978) ini
merupakan penyempurnaan dari beberapa peneliti terdahulu yang terdiri dari
saluran utama (fedder channel), lereng(slope), kipas atas (upper fan ), kipas
tengah (middle fan) yang terdiri dari channeled portion of suprafan lobes,
kipas bawah (lower fan) dan dasar cekungan (basin pain). Pada umumnya kipas
tersebut berasosiasi dengan lima fasies turbidit yang diajukan oleh Walker
(1978).