Delta merupakan garis pantai yang
menjorok ke laut, terbentuk oleh adanya sedimentasi sungai yang memasuki laut,
danau atau laguna dan pasokan sedimen lebih besar daripada kemampuan
pendistribusian kembali oleh proses yang ada pada cekungan pengendapan (Elliot,
1986 dalam Allen, 1997). Menurut Boggs (1987), delta diartikan sebagai suatu
endapan yang terbentuk oleh proses sedimentasi fluvial yang memasuki tubuh air
yang tenang. Dataran delta menunjukkan daerah di belakang garis pantai dan
dataran delta bagian atas didominasi oleh proses sungai dan dapat dibedakan
dengan dataran delta bagian bawah didominasi oleh pengaruh laut, terutama
penggenangan tidal. Delta terbentuk karena adanya suplai material sedimentasi
dari sistem fluvial. Ketika sungai-sungai pada sistem fluvial tersebut bertemu
dengan laut, perubahan arah arus yang menyebabkan penyebaran air sungai dan
akumulasi pengendapan yang cepat terhadap material sedimen dari sungai
mengakibatkan terbentuknya delta. Bersamaan dengan pembentukan delta tersebut,
terbentuk pula morfologi delta yang khas dan dapat dikenali pada setiap sistem
yang ada. Morfologi delta secara umum terdiri dari tiga, yaitu : delta plain,
delta front dan prodelta.
1.
Delta
Plain
Delta plain merupakan bagian
delta yang bersifat subaerial yang terdiri dari channel yang sudah
ditinggalkan. Delta plain merupakan baigan daratan dari delta dan terdiri atas
endapan sungai yang lebih dominan daripada endapan laut dan membentuk suatu
daratan rawa-rawa yang didominasi oleh material sedimen berbutir halus, seperti
serpih organik dan batubara.Pada kondisi iklim yang cenderung kering
(semi-arid),sedimen yang terbentuk didominasi oleh lempung dan evaporit.
Daratan delta plain tersebut digerus oleh channel pensuplai material sedimen
yang disebut fluvial distributaries dan membentuk suatu percabangan.
Gerusan-gerusan tersebut biasanya mencapai kedalaman 5-10 meter dan
menggerussampai pada sedimen delta front. Sedimen pada channel tersebut disebut
sandy channel dan membentuk distributary channel yang dicirikan oleh batupasir
lempungan. Sublingkungan delta plain dibagi menjadi :
1.1 Upper
Delta Plain
Pada
bagian ini terletak diatas area tidal atau laut dan endapannya secara umum terdiri
dari :
a.
Endapan
distributary channel
Endapan distributary channel
terdiri dari endapan braided dan meandering, levee dan endapan point bar.
Endapan distributary channel ditandai dengan adanya bidang erosi pada bagian
dasar urutan fasies dan menunjukkan kecenderungan menghalus ke atas. Struktur
sedimen yang umumnya dijumpai adalah cross bedding, ripple cross
stratification, scour and fill dan lensa-lensa lempung. Endapan point bar
terbentuk apabila terputus dari channel-ya. Sedangkan levee alami berasosiasi
dengan distributary channel sebagai tanggul alam yang memisahkan dengan
interdistributary channel. Sedimen pada bagian iniberupa pasir halus dan
rombakan material organik serta lempung yang terbentuk sebagai hasil luapan
material selama terjadi banjir.
b.
Lacustrine delta fill dan endapan
interdistributary flood plain
Endapan interdistributary channel
merupakan endapan yang terdapat diantara distributary channel. Lingkungan ini
mempunyai kecepatan arus paling kecil, dangkal, tidak berelief dan proses akumulasi
sedimen lambat. Pada interdistributary channel dan flood plain area terbentuk
suatu endapan yang berukuran lanau sampai lempung yang sangat dominan. Struktur
sedimennya adalah laminasi yang sejajar dan burrowing structure endapan pasir
yang bersifat lokal, tipis dan kadang hadir sebagai pengaruh gelombang.
1.2 Lower
Delta Plain
Lower delta plain terletak pada
daerah dimana terjadi interaksi antara sungai dengan laut, yaitu dari low
tidemark sampai batas kehadiran yang dipengaruhi pasang-surut. Pada lingkungan
ini endapannya meliputi endapan pengisi teluk (bay fill deposit) meliputi
interdistributary bay, tanggul alam, rawa dan crevasse slay, serta endapan
pengisi distributary yang ditinggalkan.
2.
Delta
Front
Delta front merupakan
sublingkungan dengan energi yang tinggi dan sedimen secara tetap dipengaruhi
oleh adanya proses pasang-surut, arus laut sepanjang pantai dan aksi gelombang.
Delta front terbentuk pada lingkungan laut dangkal dan akumulasi sedimennya
berasal dari distributary channel. Batupasir yang diendapkan dari distributary
channel tersebut membentuk endapan bar yang berdekatan dengan teluk atau mulut
distributary channel tersebut. Pada penampang stratigrafi, endapan bar tersebut
memperlihatkan distribusi butiran mengkasar ke atas dalam skala yang besar dan
menunjukkan perubahan fasies secara vertikal ke atas, mulai dari endapan lepas
pantai atau prodelta yang berukuran butir halus ke fasies garis pantai yang
didominasi batupasir. Endapan tersebut dapat menjadi reservoir hidrokarbon yang
baik. Diantara bar pada mulut distributary channel akan terakumulasi lempung
lanauan atau lempung pasiran dan bergradasi menjadi lempung ke arah laut.
Menurut Coleman (1969) dan Fisher
(1969) dalam Galloway (1990), lingkungan pengendapan delta front dapat dibagi
menjadi beberapa sublingkungan dengan karakteristik asosiasi fasies yang
berbeda, yaitu :
a)
Subaqueous Levees
Merupakan kenampakan fasies
endapan delta front yang berasosiasi dengan active channel mouth bar. Fasies
ini sulit diidentifikasi dan dibedakan dengan fasies lainnya pada endapan delta
masa lampau.
b)
Channel
Channel ditandai dengan adanya
bidang erosi pada bagian dasar urutan fasies dan menghalus ke atas. Struktur
sedimen yang umumnya dijumpai adalah cross bedding, ripple cross
stratification, scoure and fill.
c)
Distributary
Mouth Bar
Pada lingkungan ini terjadi
pengendapan dengan kecepatan yang paling tinggi dalam sistem pengendapan delta.
Sedimen umumnya tersusun atas pasir yang diendapkan melalui proses fluvial.
Strukur sedimen yang dapat dijumpai antara lain : current ripple, cross bedding
dan massive graded bedding.
d)
Distal Bar
Pada distal bar, urutan fasies
cenderung menghalus ke atas, umumnya ersusun atas pasir halus. Struktur sedimen
yang umumnya dijumpai antara lain : laminasi, perlapisan silang siur tipe
through.
3.
Prodelta
Prodelta merupakan sublingkungan
transisi antara delta front dan endapan normal marine shelf yang berada di luar
delta front. Prodelta merupakan kelanjutan delta front ke arah laut dengan
perubahan litologi dari batupasir bar ke endapan batulempung dan selalu
ditandai oleh zona lempungan tanpa pasir. Daerah ini merupakan bagian distal
dari delta, dimana hanya terdiri dari akumulasi lanau dan lempung dan biasanya
sendiri serta fasies mengkasar ke atas memperlihatkan transisi dari lempungan
prodelta ke fasies yang lebih batupasir dari delta front. Litologi dari
prodelta ini banyak ditemukan bioturbasi yang merupakan karakteristik endapan
laut. Struktur sedimen bioturbasi bermacam-macam sesuai dengan ukuran sedimen
dan kecepatan sedimennya. Struktur deformasi sedimen dapat dijumpai pada
lingkungan ini, sedangkan struktur sedimen akibat aktivitas gelombang jarang
dijumpai. Prodelta ini kadang-kadang sulit dibedakan dengan endapan paparan
(shelf), tetapi pada prodelta ini sedimennya lebih tipis dan memperlihatkan pengaruh
proses endapan laut yang tegas.
Gambar 1.Lingkungan Pengendapan Delta
Menurut Galloway (1975) dan Serra (1990), berdasarkan proses yang berpengaruhi didalamnya, delta dapat diklasifikasikan menjadi 3 , yaitu :
a.
Fluvial
Dominated Delta
Ini terjadi jika gelombang, arus
pasang surut, dan arus sepanjang pantai lemah, volume sedimen yang dibawa dari
sungai tinggi, maka akan terjadi progradasi yang cepat ka arah laut dan akan
berkembang suatu variasi karakteristik dari lingkungan pengendapan yang
didominasi sungai.
·
Geometri
: channel (delta plain) dan sheet (delta front). Kontinuitas tubuh batupasir
jelek (channel) sampai sedang
(distributary mount bar).
·
Litologi
dan struktur :
·
Channel
fasies : batupasir dengan cross bedding (through dan plannar), kontak
dasar erosi, rip-up clast/fragmen batubara, sekuen halus ke atas.
·
Marsh
fasies : batubara, batulempung dengan rootles.
·
Bay
fasies : batulempung dengan acak binatang.
·
Crevasse-splay
facies : sekuen kasar ke atas (sortasi baik ke atas).
·
Distributary
mount bar : batupasir dengan cross laimnasi, paralel laminasi.
·
Bar
facies : climbing ripple, mika melimpah, material karbon, struktur deformasi.
·
Distal
bar fasies : batulanau dan batulempung, paralel laminasi, climbing ripple,
material karbon, struktur deformasi, acak binatang.
·
Prodelta
facies : batulempung dengan struktur deformasi.
·
Refleksi
seismik : oblique dan sigmoid clinoform.
Pada bagian ini mempunyai bentuk
channel dan sheet dengan kontinuitas tubuh pasir jelek sampai sedang. Delta
yang didominasi sungai dicirikan dengan batupasir dan batulanau yang masif
sampai berlapis baik dan mungkin memperlihatkan graded bedding. Pasir delta
front memperlihatkan banyaknya pengaruh sungai dalam pengendapan distribusi
lingkungan mouth bar. Jumlah bioturbasi bervariasi tergantung pada rata-rata
sedimentasi dan ukuran butir dari suplai sedimen. Variasi pembelokan dalam
sistem fluvial biasanya menghasilkan suatu pengkasaran ke arah atas yang tidak
teratur.
Progradasi ke arah laut yang
sangat cepat membuat delta tipe ini memiliki sekuen coarsening upward
(mengkasar keatas). Geometri endapan yang dihasilkan dari tipe delta ini yaitu
berbentuk lobate dengan mekanisme akresi lateral yang kuat sehingga
menghasilkan lentikuler units. Batupasir cenderung menjadi lentikuler sampai
tabular untuk distributary mount bar, bergradasi menjadi sand sheets.
b.
Wave
Dominated Delta
Delta yang didominasi gelombang
dan biasanya terdiri dari rangkaian fasies yang saling berhubungan dan
mengkasar ke atas secara menerus yang merupakan karakteristik dari pantai yang
dipengaruhi gelombang. Struktur sedimen yang umum dijumpai antara lain : ripple
dan humocky yang merupakan indikator pengendapan yang tinggi.
Pada lingkungan dengan aktivitas
gelombang kuat, endapan mount bar secara menerus mengalami reworked menjadi
suatu seri superimposed coastal barriers. Tubuh pasir akan cenderung paralel
terhadap garis pantai berbeda dengan delta dominasi sungai yang mendekati tegak
lurus terhadap pantai.
Litologi dan struktur sedimen :
a. fasies pantai dan pantai
penghalang (barrier beach) dominan.
b. Fasies distributary mount bar
termodifikasi/reworked menjadi punggungan pantai.
c. Secara keseluruhan menunjukkan
sekuen mengkasar ka atas.
d. Struktur yang dijumpai pada
tipe ini adalah perlapisan tipis, paralel laminasi, dan cross bedding satu
arah, struktur flaser, slumps, struktur alga, bioturbasi dengan intensitas
tinggi pada bagian atas dan mudcrack pada shale.
c. Tide-Influence Delta
Merupakan area dimana tingkat
pasang surut tinggi, sehingga aliran balik (yang terjadi dalam distributary
channel selama kondisi banjir dan surut) kemungkinan akan terjadi sumber energi
utama yang memisah sedimen.
·
Channel
facies : batupasir dengan sortasi baik, herringbone, cross bedding.
·
Sekuen
yang dijumpai pada delta tipe ini yaitu coarsening upward yang diikuti dengan
fining upward, tanpa batas yang jelas, tergantung pada posisi delta.
Lingkungan ini menunjukkan
kombinasi pengaruh dari sungai, gelombang dan proses pasang-surut. Lingkungan
ini mempunyai bentuk geometri channel dan ridge dengan kenampakan kontinuitas
batupasir jelek sampai sedang dengan penyebaran tegak garis pantai. Struktur
sedimen yang umumnya berkembang adalah laminasi dan ripple. Masuknya
pasang-surut pada delta front yang berprogradasi, seperti pada Mahakam juga
memeperlihatkan beberapa pengasaran ke atas. Smith, et al (1990) dalam Allen
(1997) telah mendiskripsikan ritme pasang-surut dengan indikator pasang-surut
dalam pasir delta front adalah hearingbone cross bedding.